Rabu, 14 Desember 2011

PERBEDAAN PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus Carpio) PADA AQUARIUM GELAP DAN TERANG DALAM SKALA LABORATORIUM


oleh :Sartim

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2011

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sebagai ikan konsumsi merupakan salah satu komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat. Ikan mas banyak diminati konsumen karena rasa dagingnya yang enak dan gurih serta memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Permintaan konsumsi ikan mas dari tahun ke tahun cenderung meningkat terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung (Amri, 2008).
Penetrasi cahaya ke dalam air sangat dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya, kondisi permukaan air, dan bahan–bahan terlarut dan tersuspensi di dalam air (Boyd, 1988; Welch, 1952). Cahaya matahari yang mencapai permukaan perairan tersebut sebagian diserap dan sebagian direfleksikan kembali (Wetzel, 1975). Sebagian cahaya matahari dipantulkan kembali oleh permukaan air, dengan intensitas yang bervariasi menurut sudut datang cahaya dan musim. Sudut datang cahaya matahari ke permukaan air bervariasi secara harian.
Cahaya yang mencapai perairan akan diubah menjadi energi panas. Air memiliki sifat pemanasan yang khas karena memiliki kapasitas panas yang spesifik tinggi. Hal ini berarti energi (dalam hal ini cahaya) yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu air sebesar 10 C. Demikian pula halnya dengan proses penurunan suhu air. Oleh karena itu, perairan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menaikkan dan menurunkan suhu, jika dibandingkan dengan daratan (Jefries dan Mills, 1996).
1.2  Perumusan Masalah
Salah satu kendala dalam pembesaran ikan mas adalah belum adanya perlakuan atau cara-cara untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan mas agar tumbuh secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang dapat memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan ikan mas yang maksimal adalah dengan penggunaan dua perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan pertama menggunakan akuarium yang biasa dan perlakuan kedua menggunakan akuarium yang ditutup rapat dengan menggunakan plastik polibek hitam.
Berdasarkan uraian di atas timbul perumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana perbedaan pertumbuhan ikan mas pada akuarium terang dan akuarium gelap?
2.      Bagaimana pertumbuhan ikan mas yang paling baik antara akuarium terang dan akuarium gelap?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan ikan mas pada akuarium gelap dan akuarium terang.
2.    Untuk mengetahui pertumbuhan yang paling baik antara dua perlakuan.



1.4  Manfaat
Kerja praktek ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai teknik baru dalam pengembangan budidaya ikan mas agar efektif, efisien dan berkelanjutan.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Biologi Ikan Mas
2.1.1 Klasifikasi
Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut :
Phylum             : Chordata  
Sub Phylum     : Vertebrata
Class                  : Pisces
Ordo                  : Ostariophysi
Family               : Cyprinidae
Genus                : Cyprinus
Spesies              : Cyprinus carpio
Nama Asing     : Common Carp
Nama Lokal     : Ikan mas, tombro, masmasan (Jawa Tengah dan Jawa Timur), lauk mas (Jawa Barat), ikan rayo atau ikan ameh (Sumatera Barat)






2.1.2 Morfologi Ikan
Ciri-ciri morfologi adalah ciri-ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur suatu organisme. Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih. Moncong ikan mas terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang misae (berbel) dan tidak begerigi. Pada bagian dalam mulut terdapat kerongkongan (pharyngeal teet) berbentuk geraham. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa bagian yang memiliki sedikit sisik (Santoso, 1993). Sisik ikan mas relatif besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) (Amri, 2008). Pada bagian tubuh ikan mas, terlihat ada garis linea lateralis, memanjang mulai dari belakang tutup insang sampai pangkal ekor (Mukti,  2007).
Sirip punggungnya (dorsal) berjari-jari keras dan bergerigi pada ujungnya (Amri, 2008). Sirip dada sepasang terletak di belakang tutup insang, dengan satu jari-jari keras, dan yang lainnya berjari-jari lemah. Sirip perut hanya satu terletak pada perut. Sirip dubur hanya terletak di belakang dubur. Sirip ekor juga hanya satu, terletak di belakang, dengan bentuk cagak (Masrizal dan Efrizal, 1997).
2.1.3 Teknologi Budidaya
2.1.3.1 Pembesaran
Pembesaran merupakan usaha pemeliharaan benih berukuran 4-8 cm berasal dari kolam pendedaran. Kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pembesaran ikan mas biasanya dilakukan selama 3-4 bulan, tergantung ukuran ikan yang menjadi tujuan panen. Selama pembesaran, ikan diberi pakan tambahan berupa pellet dengan kandungan protein sebesar 30% agar pertumbuhan ikan sesuai dengan yang diharapkan (Amri,  2008).
Berdasarkan sifatnya ada dua jenis pellet, yaitu pellet terapung dan pellet tenggelam. Namun pellet yang umum diberikan oleh para petani adalah pellet yang terapung. Pellet diberikan sebanyak 3-5%/hari dari berat total ikan mas yang dipelihara. Pakan diberikan pada pagi dan sore hari dengan cara menebarkan sedikit demi sedikit kepada ikan. Apabila pemberian pakan dilakukan sekaligus, pakan akan jatuh ke dasar perairan (Amri, 2008).
2.2 Kualitas Air
Kondisi perairan yang baik untuk pertumbuhan ikan secara umum adalah perairan yang mengandung oksigen terlarut rata-rata ≥ 3 ppm, dengan nilai pH 7–8 dan temperatur antara 25-350 C. Pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai, ikan akan berkonsentrasi mengalokasikan energi tubuh lebih banyak untuk beradaptasi dengan lingkungan (Tun et al. 1988).
2.2.1 Suhu
Suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (0C). Pengukuran suhu pada air kolam dengan kedalaman tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan termometer. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan (Effendi, 2003).
Menurut Perangin-angin (2003), pengelolaan kualitas air merupakan kunci keberhasilan pemeliharaan ikan. Salah satu pengelolaan kualitas air adalah suhu dan pH. Suhu yang baik bagi pemeliharaan benih ikan umumnya adalah 28-31ºC. Fluktuasi suhu sebanyak 2º C dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva ikan, sedangkan perubahan suhu secara tiba-tiba sebesar 5ºC, dapat mematikan biota. Kemudian Zonneveld dalam Mantau (2001) menambahkan bahwa suhu untuk penetasan telur ikan mas berkisar antara 19 - 300 C.
2.2.2  pH
pH merupakan kadar ion H+. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan asam dan basa. Hal ini dipengaruhi oleh karbonat, OH-, bikarbonat yang mempengaruhi kebasaan sedangkan asam karbonat dan mineral bebas meningkatkan keasaman. pH  merupakan faktor pembatas dan sebagai indeks keadaan lingkungan (Siregar, 2008).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003).
2.2.3 Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan dari intensitas cahaya adalah candela (Cd). Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di perairan, cahaya memiliki dua fungsi utama (Jeffries dan Mills, 1996) :
1.      Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air. Perubahan suhu juga mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat bagi suatu organisme akuatik, karena setiap organisme akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum bagi kehidupannya.
2.      Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis alga dan tumbuhan air. Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku organisme akuatik. Alga planktonik menunjukkan respon yang berbeda terhadap perubahan intensitas cahaya.




III. MATERI DAN METODE
3. 1. Materi Penelitian
Materi yang digunakan adalah benih ikan Mas (Cyprinus carpio) ukuran 4-8 cm, berjumlah 80 ekor dan air. Alasan penggunaan  ikan mas karena ikan mas mempunyai data-data yang lebih lengkap dari jenis ikan lain. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium gelap dan terang, termometer, timbangan analitik, pengaris, milimeter blok, jaring (seser), selang airasi, pH meter, batu aerasi, regulator infus, aerator, dan ember, gayung. Akuarium gelap dengan cara menutup dengan plastik polibek warna hitam kebadan akuarium dan bagian atas akuarium dan hanya dibuka atasnya pada saat memberi makan ikan.
3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Green House Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman pada bulan Desember 2010 Januari 2011.
3. 3. Metode Penelitian
3. 3. 1. Rancangan Percobaan
              Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing- masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Analisis dilakukan dengan uji F dalam tabel ANAVA. Variabel yang diamati adalah pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan ikan Mas (Cyprinus carpio). Parameter yang diukur adalah panjang, berat ikan pada akuarium gelap dan terang.
3. 3. 2. Cara Kerja
3. 3. 2.1 Persiapan alat dan bahan
            Akuarium gelap sejumlah 4 buah; plastik polibek hitam, aerator, selang aerasi, batu aerasi. Persiapan ikan meliputi ikan yang telah diukur panjang dan beratnya dimasukan ke akuarium. Setiap akuarium berisi 10 ikan berukuran 4-8 cm.
3. 3. 2. 2. Pengukuran kualitas air
a.   Suhu
Pengukuran suhu  air dilakukan dengan  cara insitu menggunakan termometer. Termometer dicelupkan ke dalam akuarium ±5 menit, kemudian skala yang terdapat dalam termometer dibaca dan dicatat setelah menunjukan angka yang konstan.
b.   pH
Nilai pH diukur dengan menggunakan indikator pH universal, dengan cara mencelupkan kertas pH kedalam air akuarium ±5 menit. Setelah itu diangkat dan disamakan dengan indikator warna yang terdapat dalam kotak pH dan dicatat hasilnya.






3. 3. 2. 3 Pengamatan tingkah laku ikan
Pengamatan tingkah laku dilakukan dengan melihat pergerakan ikan apakah aktif atau pasif. Pergerakan ikan diamati setiap pemberian pakan, apakah mendekati pakan atau tidak. Pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari. Jumlah pakan yang di berikan 3-5% dari bobot ikan. Pengamatan kualitas air untuk menjaga agar ikan (ikan mas) yang dipelihara tetap sehat. Pergantian air 2 (dua) minggu sekali, untuk menjaga agar ikan tetap sehat.
3. 3. 2. 4 Pengukuran panjang dan penimbangan berat ikan
Sebelum ikan dimasukan ke wadah pembesaran (akuarium), terlebih dahulu ikan diukur panjang dan menimbang berat ikan tersebut. Pengukuran panjang total dan berat tubuh ikan mas adalah dengan meletakkan tubuh ikan di atas mistar atau millimeter blok, dengan posisi lurus. Memposisikan ujung mulut sejajar dengan skala 0 (nol) mm dan skala yang sejajar dengan ujung sirip ekor (dorsal) merupakan hasil pengukuran. Penimbangan berat ikan menggunakan timbangan digital. Mengkalibrasi timbangan digital sebelum digunakan untuk pengukuran. Meletakkan ikan pada tempat pengukuran timbangan digital tersebut. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji F dalam tabel ANAVA.                                                                                       


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Laju Pertambahan Bobot Mutlak (LPM)
Bobot total ikan mas di akuarium gelap adalah 66 g dan akuarium terang 80 g. Hasil analisis variansi laju pertumbuhan dan pengukuran bobot ikan mas di akuarium terang dan gelap menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dangan laju pertumbuhan mutlak rata-rata 16,5 g, untuk akuarium gelap dan 20 g, untuk akuarium terang. Pertambahan bobot ikan mas di akuarium terang lebih tinggi karena di akuarium terang ikan cukup mendapatkan cahaya. Cahaya matahari yang mencapai permukaan perairan tersebut sebagian diserap dan sebagian direfleksikan kembali. Beberapa jenis molekul, misalnya O2, O3, H2O, dan CO2, dapat menyerap radiasi matahari dan mengubahnya menjadi energy panas (Moss, 1993). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa suhu, oksigen dan aktivitas, paling besar pengaruhnya terhadap metabolism. Peningkatan suhu 100C menyebabkan peningkatan metabolism 3-5 kali (Fujaya, 2004).
Cahaya sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan karena cahaya berfungsi sebagai penerang dalam mencari makan. Apabila cahaya redup atau gelap ikan akan sulit untuk mencari makanan dan akibatnya pertumbuhannya terhambat atau kurang maksimal. Crayonpedia (2010), menambahkan ikan mas termasuk jenis ikan diurnal, sehingga aktifitas makan ikan mas akan meningkat pada siang hari.

4.2 Laju Pertumbuhan Bobot  Spesifik (LPS)

Laju pertumbuhan spesifik (LPS) 1,35 %, untuk akuarium gelap dan 2,64%, untuk akuarium terang. Hasil analisis uji F menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa akuarium terang lebih tinggi dari akuarium gelap. Hal ini menandakan bahwa cahaya matahari dibutuhkan untuk pertumbuhan. Cahaya matahari selain sebagai penerang, cahaya matahari juga merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk kehidupan di perairan karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan, sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis (Boyd, 1982).
4.3 Sintasan Hidup

Sintasan hidup pada akuarium terang 87,5 %, dan akuarium gelap 97,5 %. Hal ini disebabkan karena 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal berasal dari ikan mas itu sendiri. Ikan  mengalami stress karena perlakuan yang kurang hati-hati sehingga mortalitasnya tinggi dan adanya persaingan makanan. Persaingan terhadap makanan yang sama mempengaruhi besarnya populasi dan ukuran individu. Persaingan dalam hal makanan, baik antar spesies maupun individu  dalam spesies yang sama, akan mengurangi ketersediaan makanan, sehingga yang diperlukan oleh ikan tersebut menjadi pembatas ( Effendie, 2002).
            Faktor eksternal yang berpengaruh antara lain amoniak dan kondisi lababoratorium yang kurang mendukung dalam pemeliharaan. Amoniak berasal dari sisa pakan pakan akan menjadi racun yang mematikan bagi ikan. Menurut Neely (1997) bahwa amoniak yang terlalu banyak menyebabkan racun bagi ikan dan dapat mematikan ikan tersebut. Ikan  yang  terkena  racun  bahan pencemar  dapat  diketahui  dengan gerakan  hiperaktif,  menggelepar, lumpuh  kemudian  mati.  Secara klinis  hewan  yang  terkontaminasi racun  memperlihatkan  gejala  stress bila  dibandingkan  dengan  kontrol, ditandai  dengan  menurunnya  nafsu makan,  gerakan  kurang  stabil,  dan cenderung  berada  di  dasar (Effendie, 2002).
4.3 Lingkungan Pemeliharaan
Variabel lingkungan yang penting untuk dicermati dan besar pengaruhnya terhadap proses kehidupan organisme akuatik antara lain adalah suhu dan pH air (Yudhistira, 2007). Suhu merupakan faktor lingkungan yang secara langsung mempengaruhi kehidupan ikan. Suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme dan kelangsungan hidup (Panjaitan, 2004).  Suhu pemeliharaan selama penelitian adalah 25-340 C dan merupakan suhu yang optimum untuk pemeliharaan ikan. Suhu optimum untuk kehidupan organisme akuatik adalah 25-35 ºC, sedangkan suhu untuk pertumbuhan ikan mas adalah 20-350 C (Panjaitan, 2004). pH merupakan faktor pembatas dan sebagai indeks keadaan lingkungan (Siregar, 2008). Menurut Effendie (2002), bahwa pada pH netral baik untuk budidaya yaitu antara 7-8. pH yang optimal untuk mendukung kehidupan ikan mas berkisar antara 6,5-8,5 (Mukti, 2007). Nilai pH selama penelitian adalah 7, sehingga masih layak untuk kehidupan ikan.



V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Laju pertumbuhan ikan mas pada akuarium gelap dan terang menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.
2.      Pertambahan bobot ikan pada akuarium terang lebih tinggi dibandingkan akuarium gelap.
5. 2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian kerja Praktek (KP) ini, disarankan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hasil yang maksimal, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam usaha budidaya ikan.




DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., Khoeruman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. 359 p.


Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Jogjakarta.

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Jakarta.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi ikan. Rineka Cipta, Jakarta. 133 hal.

Haslam, S. M. 1995. River Pollution and Ecological Perpective. John Wiley and Sons, Chichester, UK.

Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freswater Ecology, Principle, and Aplications. John Wiley and Sons, Chichester, UK.

Mackereth, F. J. H., Heron, J. and Talling, J. F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological Association, Cumbria, UK.

Masrizal dan Efrizal. 1997. Pengaruh Rasio Pengenceran Mani terhadap Fertilitas Sperma dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio). Fish J. Garing 6 (1): 1–9.

Mc Neely, R. N., Nelmanis, V. P., and Dwyer, L. 1979. Water Quality source Book, A Guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch, Ottawa, Canada.

 

Moss, B. 1993. Ecology of freshwaters. Second edition. Blackwell Scientific Publications, London. 415 p.

 

Mukti, T. A. 2007.  Perbandingan Pertumbuhan dan Perkembangan Gonad Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.) Diploid dan Tetraploid. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan & Laboratorium Pendidikan Perikanan FKH. Universitas Airlangga, Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar