oleh :Sartim
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2011
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan
memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sebagai ikan konsumsi merupakan
salah satu komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat.
Ikan mas banyak diminati konsumen karena rasa dagingnya yang enak dan gurih
serta memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Permintaan konsumsi ikan
mas dari tahun ke tahun cenderung meningkat terutama di kota-kota besar,
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung (Amri, 2008).
Penetrasi cahaya ke dalam air sangat
dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya, kondisi permukaan air, dan
bahan–bahan terlarut dan tersuspensi di dalam air (Boyd, 1988; Welch, 1952).
Cahaya matahari yang mencapai permukaan perairan tersebut sebagian diserap dan
sebagian direfleksikan kembali (Wetzel, 1975). Sebagian cahaya matahari
dipantulkan kembali oleh permukaan air, dengan intensitas yang bervariasi
menurut sudut datang cahaya dan musim. Sudut datang cahaya matahari ke
permukaan air bervariasi secara harian.
Cahaya yang mencapai
perairan akan diubah menjadi energi panas. Air memiliki sifat pemanasan yang
khas karena memiliki kapasitas panas yang spesifik tinggi. Hal ini berarti
energi (dalam hal ini cahaya) yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu air
sebesar 10 C. Demikian pula halnya dengan proses penurunan suhu air.
Oleh karena itu, perairan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menaikkan dan
menurunkan suhu, jika dibandingkan dengan daratan (Jefries dan Mills, 1996).
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu kendala dalam pembesaran ikan mas adalah belum
adanya perlakuan atau cara-cara untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan mas agar
tumbuh secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang dapat
memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan
ikan mas yang maksimal adalah dengan penggunaan dua perlakuan yang berbeda
yaitu perlakuan pertama menggunakan akuarium yang biasa dan perlakuan kedua
menggunakan akuarium yang ditutup rapat dengan menggunakan plastik polibek
hitam.
Berdasarkan uraian di atas timbul perumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
perbedaan pertumbuhan ikan mas pada akuarium terang dan akuarium gelap?
2.
Bagaimana
pertumbuhan ikan mas yang paling baik antara akuarium terang dan akuarium gelap?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan ikan
mas pada akuarium gelap dan akuarium terang.
2.
Untuk mengetahui pertumbuhan yang paling
baik antara dua perlakuan.
1.4 Manfaat
Kerja praktek ini
diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai teknik baru dalam
pengembangan budidaya ikan mas agar efektif, efisien dan berkelanjutan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Biologi
Ikan Mas
2.1.1 Klasifikasi
Menurut
Saanin (1984) klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub
Phylum : Vertebrata
Class :
Pisces
Ordo :
Ostariophysi
Family :
Cyprinidae
Genus :
Cyprinus
Spesies : Cyprinus
carpio
Nama Asing : Common Carp
Nama
Lokal : Ikan mas, tombro, masmasan
(Jawa Tengah dan Jawa Timur), lauk mas (Jawa Barat), ikan rayo atau ikan ameh
(Sumatera Barat)
Ciri-ciri
morfologi adalah ciri-ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur suatu organisme.
Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang
dan sedikit memipih. Moncong ikan mas terletak di ujung tengah (terminal)
dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua
pasang misae (berbel) dan tidak begerigi. Pada bagian dalam mulut
terdapat kerongkongan (pharyngeal teet) berbentuk geraham. Sebagian
besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa bagian yang
memiliki sedikit sisik (Santoso, 1993). Sisik ikan mas relatif besar dengan
tipe sisik lingkaran (cycloid) (Amri,
2008). Pada bagian tubuh ikan mas, terlihat ada garis linea lateralis,
memanjang mulai dari belakang tutup insang sampai pangkal ekor (Mukti, 2007).
Sirip
punggungnya (dorsal) berjari-jari keras dan bergerigi pada ujungnya (Amri, 2008). Sirip
dada sepasang terletak di belakang tutup insang, dengan satu jari-jari keras,
dan yang lainnya berjari-jari lemah. Sirip perut hanya satu terletak pada
perut. Sirip dubur hanya terletak di belakang dubur. Sirip ekor juga hanya satu,
terletak di belakang, dengan bentuk cagak (Masrizal dan Efrizal, 1997).
2.1.3
Teknologi Budidaya
2.1.3.1
Pembesaran
Pembesaran
merupakan usaha pemeliharaan benih berukuran 4-8 cm berasal dari kolam
pendedaran. Kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pembesaran ikan
mas biasanya dilakukan selama 3-4 bulan, tergantung ukuran ikan yang menjadi
tujuan panen. Selama pembesaran, ikan diberi pakan tambahan berupa pellet
dengan kandungan protein sebesar 30% agar pertumbuhan ikan sesuai dengan yang
diharapkan (Amri, 2008).
Berdasarkan
sifatnya ada dua jenis pellet, yaitu pellet terapung dan pellet tenggelam. Namun
pellet yang umum diberikan oleh para petani adalah pellet yang terapung. Pellet
diberikan sebanyak 3-5%/hari dari berat total ikan mas yang dipelihara. Pakan
diberikan pada pagi dan sore hari dengan cara menebarkan sedikit demi sedikit
kepada ikan. Apabila pemberian pakan dilakukan sekaligus, pakan akan jatuh ke dasar perairan (Amri, 2008).
2.2
Kualitas Air
Kondisi perairan yang baik
untuk pertumbuhan ikan secara umum adalah perairan yang mengandung oksigen
terlarut rata-rata ≥ 3 ppm, dengan nilai pH 7–8 dan temperatur antara 25-350
C. Pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai, ikan akan berkonsentrasi
mengalokasikan energi tubuh lebih banyak untuk beradaptasi dengan lingkungan
(Tun et al. 1988).
2.2.1
Suhu
Suhu
dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (0C). Pengukuran suhu pada
air kolam dengan kedalaman tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan termometer.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan
air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan
(Effendi, 2003).
Menurut Perangin-angin (2003), pengelolaan
kualitas air merupakan kunci keberhasilan pemeliharaan ikan. Salah satu pengelolaan
kualitas air adalah suhu dan pH. Suhu yang baik bagi pemeliharaan benih ikan
umumnya adalah 28-31ºC. Fluktuasi suhu sebanyak 2º C dapat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup larva ikan, sedangkan perubahan suhu secara tiba-tiba
sebesar 5ºC, dapat mematikan biota. Kemudian Zonneveld dalam Mantau (2001)
menambahkan bahwa suhu untuk penetasan telur ikan mas berkisar antara 19 - 300
C.
2.2.2 pH
pH
merupakan kadar ion H+. Nilai pH suatu perairan mencirikan
keseimbangan asam dan basa. Hal ini dipengaruhi oleh karbonat, OH-,
bikarbonat yang mempengaruhi kebasaan sedangkan asam karbonat dan mineral bebas
meningkatkan keasaman. pH merupakan
faktor pembatas dan sebagai indeks keadaan lingkungan (Siregar, 2008).
Sebagian
besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH
sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Novotny dan Olem,
1994 dalam Effendi, 2003).
2.2.3
Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk
mengukur daya yang
dipancarkan oleh suatu sumber cahaya
pada arah tertentu per satuan sudut.
Satuan dari intensitas cahaya adalah candela
(Cd). Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di
perairan, cahaya memiliki dua fungsi utama (Jeffries dan Mills, 1996) :
1.
Memanasi air sehingga terjadi perubahan
suhu dan berat jenis (densitas) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya
percampuran massa dan kimia air. Perubahan suhu juga mempengaruhi tingkat
kesesuaian perairan sebagai habitat bagi suatu organisme akuatik, karena setiap
organisme akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum bagi kehidupannya.
2.
Merupakan sumber energi bagi proses
fotosintesis alga dan tumbuhan air. Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku
organisme akuatik. Alga planktonik menunjukkan respon yang berbeda terhadap
perubahan intensitas cahaya.
III. MATERI DAN METODE
3. 1. Materi Penelitian
Materi yang digunakan adalah benih ikan Mas (Cyprinus carpio) ukuran 4-8 cm, berjumlah 80 ekor dan air. Alasan penggunaan ikan mas karena ikan mas mempunyai data-data
yang lebih lengkap dari jenis ikan lain. Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah akuarium gelap dan terang, termometer, timbangan analitik, pengaris,
milimeter blok, jaring (seser), selang airasi, pH meter, batu aerasi, regulator
infus, aerator, dan ember, gayung. Akuarium gelap dengan cara
menutup dengan plastik polibek warna hitam kebadan akuarium dan bagian atas
akuarium dan hanya dibuka atasnya pada saat memberi makan ikan.
3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Green House Fakultas Biologi Universitas
Jenderal Soedirman pada bulan Desember 2010 – Januari 2011.
3. 3. Metode Penelitian
3. 3. 1. Rancangan
Percobaan
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing- masing perlakuan
dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Analisis dilakukan dengan uji F dalam
tabel ANAVA. Variabel yang
diamati adalah pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan ikan Mas (Cyprinus carpio). Parameter yang diukur
adalah panjang, berat ikan pada akuarium gelap dan terang.
3. 3. 2. Cara Kerja
3. 3. 2.1 Persiapan alat
dan bahan
Akuarium
gelap sejumlah 4 buah; plastik polibek hitam, aerator, selang aerasi, batu
aerasi. Persiapan ikan meliputi ikan yang telah diukur panjang dan beratnya
dimasukan ke akuarium. Setiap akuarium berisi 10 ikan berukuran 4-8 cm.
3. 3. 2. 2.
Pengukuran kualitas air
a.
Suhu
Pengukuran suhu
air dilakukan dengan cara insitu
menggunakan termometer. Termometer dicelupkan ke dalam akuarium ±5 menit,
kemudian skala yang terdapat dalam termometer dibaca dan dicatat setelah
menunjukan angka yang konstan.
b.
pH
Nilai pH diukur dengan menggunakan indikator pH
universal, dengan cara mencelupkan kertas pH kedalam air akuarium ±5 menit.
Setelah itu diangkat dan disamakan dengan indikator warna yang terdapat dalam
kotak pH dan dicatat hasilnya.
3. 3. 2. 3 Pengamatan
tingkah laku ikan
Pengamatan tingkah laku dilakukan dengan melihat
pergerakan ikan apakah aktif atau pasif. Pergerakan ikan diamati setiap
pemberian pakan, apakah mendekati pakan atau tidak. Pemberian pakan dilakukan 2
(dua) kali sehari. Jumlah pakan yang di berikan 3-5% dari bobot ikan. Pengamatan
kualitas air untuk menjaga agar ikan (ikan mas) yang dipelihara tetap sehat.
Pergantian air 2 (dua) minggu sekali, untuk menjaga agar ikan tetap sehat.
3. 3. 2. 4 Pengukuran
panjang dan penimbangan berat ikan
Sebelum ikan dimasukan ke
wadah pembesaran (akuarium), terlebih dahulu ikan diukur panjang dan menimbang
berat ikan tersebut. Pengukuran panjang total dan berat tubuh ikan mas adalah
dengan meletakkan tubuh ikan di atas mistar
atau millimeter blok, dengan
posisi lurus. Memposisikan ujung mulut
sejajar dengan skala 0 (nol) mm dan skala yang sejajar dengan
ujung sirip ekor (dorsal) merupakan hasil pengukuran. Penimbangan berat ikan menggunakan
timbangan digital. Mengkalibrasi timbangan digital sebelum
digunakan untuk pengukuran. Meletakkan ikan pada tempat pengukuran timbangan digital
tersebut. Data
tersebut dianalisis dengan menggunakan uji F dalam tabel ANAVA.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Laju Pertambahan Bobot Mutlak (LPM)
Bobot total ikan mas di akuarium
gelap adalah 66 g dan akuarium terang 80 g. Hasil analisis variansi laju
pertumbuhan dan pengukuran bobot ikan mas di akuarium terang dan gelap
menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dangan laju pertumbuhan mutlak
rata-rata 16,5 g, untuk akuarium gelap dan 20 g, untuk akuarium terang. Pertambahan
bobot ikan mas di akuarium
terang lebih tinggi karena di akuarium terang ikan cukup mendapatkan cahaya.
Cahaya matahari yang mencapai permukaan perairan tersebut sebagian diserap dan
sebagian direfleksikan kembali. Beberapa jenis molekul, misalnya O2,
O3, H2O, dan CO2, dapat menyerap radiasi
matahari dan mengubahnya menjadi energy panas (Moss, 1993). Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa suhu, oksigen dan aktivitas, paling besar
pengaruhnya terhadap metabolism. Peningkatan suhu 100C menyebabkan
peningkatan metabolism 3-5 kali (Fujaya, 2004).
Cahaya sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan
karena cahaya berfungsi sebagai penerang dalam mencari makan. Apabila cahaya
redup atau gelap ikan akan sulit untuk mencari makanan dan akibatnya
pertumbuhannya terhambat atau kurang maksimal. Crayonpedia (2010), menambahkan
ikan mas termasuk jenis ikan diurnal, sehingga aktifitas makan ikan mas akan
meningkat pada siang hari.
4.2
Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik (LPS)
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) 1,35 %, untuk akuarium
gelap dan 2,64%, untuk akuarium terang. Hasil analisis uji F menunjukan hasil
yang tidak berbeda nyata. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa akuarium
terang lebih tinggi dari akuarium gelap. Hal ini menandakan bahwa cahaya
matahari dibutuhkan untuk pertumbuhan. Cahaya matahari selain sebagai penerang,
cahaya matahari juga merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk
kehidupan di perairan karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas
cahaya matahari merupakan faktor
abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan,
sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis (Boyd, 1982).
4.3
Sintasan Hidup
Sintasan hidup pada
akuarium terang 87,5 %, dan akuarium gelap 97,5 %. Hal ini disebabkan karena 2
faktor, yaitu faktor
eksternal dan faktor
internal. Faktor
internal berasal dari ikan mas itu sendiri. Ikan mengalami stress karena perlakuan yang kurang
hati-hati sehingga mortalitasnya tinggi dan adanya persaingan makanan.
Persaingan terhadap makanan yang sama mempengaruhi besarnya populasi dan ukuran
individu. Persaingan dalam hal makanan, baik antar spesies maupun individu dalam spesies yang sama, akan mengurangi
ketersediaan makanan, sehingga yang diperlukan oleh ikan tersebut menjadi
pembatas ( Effendie, 2002).
Faktor eksternal yang berpengaruh antara lain
amoniak dan kondisi lababoratorium yang kurang mendukung dalam pemeliharaan.
Amoniak berasal dari sisa pakan pakan akan menjadi racun yang mematikan bagi
ikan. Menurut Neely
(1997) bahwa amoniak yang terlalu banyak menyebabkan racun bagi ikan dan dapat
mematikan ikan tersebut. Ikan yang terkena
racun bahan pencemar dapat
diketahui dengan gerakan hiperaktif,
menggelepar, lumpuh kemudian mati.
Secara klinis hewan yang
terkontaminasi racun
memperlihatkan gejala stress bila
dibandingkan dengan kontrol, ditandai dengan
menurunnya nafsu makan, gerakan
kurang stabil, dan cenderung
berada di dasar (Effendie, 2002).
4.3
Lingkungan Pemeliharaan
Variabel
lingkungan yang penting untuk dicermati dan besar pengaruhnya terhadap proses
kehidupan organisme akuatik antara lain adalah suhu dan pH air (Yudhistira,
2007). Suhu merupakan faktor lingkungan yang secara langsung mempengaruhi
kehidupan ikan. Suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme dan kelangsungan
hidup (Panjaitan, 2004). Suhu
pemeliharaan selama penelitian adalah 25-340 C dan merupakan suhu
yang optimum untuk pemeliharaan ikan. Suhu optimum untuk kehidupan organisme
akuatik adalah 25-35 ºC, sedangkan suhu untuk pertumbuhan ikan mas adalah 20-350
C (Panjaitan, 2004). pH
merupakan faktor pembatas dan sebagai indeks keadaan lingkungan (Siregar,
2008). Menurut Effendie
(2002), bahwa pada pH netral baik untuk budidaya yaitu antara 7-8.
pH yang optimal untuk mendukung kehidupan ikan mas berkisar antara 6,5-8,5 (Mukti, 2007). Nilai pH selama
penelitian adalah 7, sehingga masih layak untuk kehidupan ikan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Laju pertumbuhan ikan mas pada akuarium
gelap dan terang menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.
2.
Pertambahan bobot ikan pada akuarium terang
lebih tinggi dibandingkan akuarium gelap.
5.
2. Saran
Berdasarkan
hasil penelitian kerja Praktek (KP) ini, disarankan adanya penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui hasil yang maksimal, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam usaha budidaya ikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Amri, K., Khoeruman.
2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University Agricultural Experiment
Station, Alabama, USA. 359 p.
Crayonpedia. 2010. Teknologi Pakan Buatan. http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_TEKNOLOGI_PAKAN_BUATAN.
akses 14 juni 2011.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Jogjakarta.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusatama, Jakarta.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi ikan. Rineka Cipta, Jakarta.
133 hal.
Haslam, S. M. 1995. River Pollution and
Ecological Perpective.
John Wiley and Sons, Chichester, UK.
Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freswater Ecology, Principle, and Aplications. John Wiley and Sons,
Chichester, UK.
Mackereth, F. J. H., Heron, J. and Talling, J. F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological
Association, Cumbria, UK.
Masrizal dan Efrizal. 1997. Pengaruh Rasio Pengenceran Mani terhadap Fertilitas Sperma dan Daya
Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio). Fish J. Garing 6 (1): 1–9.
Mc Neely, R. N., Nelmanis, V. P., and Dwyer, L. 1979. Water Quality source Book, A Guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch, Ottawa, Canada.
Moss, B. 1993. Ecology of freshwaters. Second edition. Blackwell Scientific Publications, London. 415 p.
Mukti, T. A. 2007. Perbandingan
Pertumbuhan dan Perkembangan Gonad Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.) Diploid dan
Tetraploid. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan &
Laboratorium Pendidikan Perikanan FKH. Universitas Airlangga, Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar